Rabu, 19 Juni 2019

Feature UAS, Eka Widi Astutik (6102416020)


Perjalanan Yang Mengharukan
           
Hari itu adalah hari Minggu, hari yang sangat cerah dan ramai di sepanjang jalan. Aku yang mempunyai kewajiban untuk kembali ke Semarang untuk menyelesaikan tanggungjawabku sebagai mahasiswa UNNES yang di hari ke 4 setelah libur lebaran hari Raya Idul Fitri harus sudah kembali dan siap untuk kuliah seperti biasanya. Aku berangkat mengendarai motor dari Gunungkidul menuju Semarang dengan seorang diri, membawa bekal dan menerjang keramaian padatnya arus balik lebaran.
Aku berangkat pukul 09.00 dari rumah, di perjalanan aku mulai jenuh karena jalan dipadati dengaan kendaraan. Baru sampai di daerah Cawas sudah padat merayap, untungnya aku tidak perlu berhenti untuk antri mengisi bahan bakar, karena sebelumnya sudah diisi penuh. Sepanjang jalan aku hanya berdiam diri, sambil mengkhayal hal-hal yang menyenangkan.
Rasa ngantuk pun jelas ada karena di tengah terik matahari dengan panasnya jalan raya dan hanya sendiri. Sesampainya di daerah Solotigo perasaan mulai tidak nyaman, entah kenapa rasanya sedih, ngantuk pun hilang begitu saja. Jalanan tidak lagi seramai jalan-jalan sebelumnya. Aku mengendarai motor dengan santai dan pelan-pelan menikmati perjalanan. Tidak disangka-sangka pohon palem yang menjulang tinggi yang rantingnya menyerupai pohon kelapa tanpa ada angin rantingnya jatuh dengan sendirinya. Ranting yang sudah kering mengarah kejalan jatuh tepat mengenai aku yang sedang mengendarai motor di jalan raya. “Brakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk” suara ranting jatuh mengenaiku. Aku yang sudah berusaha tetap menahan keseimbangan setelah tertimpa ranting pohon merasa kesakitan, beruntung aku tidak jatuh menabrak mobil maupun di tabrak motor-motor di belakangku.
Rasa takut dan rasa bersyukur bercampur jadi satu. Aku takut dan kaget tiba-tiba tertimpa ranting pohon yang begitu besarnya, bersykurnya tidak ada luka yang serius dan korban lainnya ya walaupun sakit di sebagian anggota tubuh dan lecet-lecet. Aku menangis di sepanjang jalan Solotigo-Ungaran tanpa memperdulikan orang-orang disekitarku. Beruntungnya juga motorku tidak rusak hanya lecet dan kaca sepion pecah jadi masih bisa aku gunakan sampai Semarang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar