Rabu, 19 Juni 2019

Reportase UAS, Kunta Indra Atmaja (6102416014)


Bayu, Atlet Sepak Takraw Asal Kota Ukir

JEPARA- Bayu Adipriawan atau biasa dipanggil Bayu merupakan pemuda kelahiran Jepara, 25 Mei 1997. Bayu lahir dari 2 bersaudara kembar. Yang satu kakaknya bernama Wahyu Adipriawan. Sedangkan kedua orangtuanya bernama  Bapak Bambang Sutriyono, dan Ibu Elly Wati. Bayu merupakan atlet sepak takraw andalan kota kelahiranya, Jepara, Jawa Tengah.
Di usianya yang menginjak 22 tahun, bayu tengah membangun masa depanya. Berprestasi sebagai atlet sepak takraw mewakili daerahnya, Bayu tetap berfikir terus melanjutkan pendidikanya hingga strata tertinggi demi mewujudkan cita-citanya untuk menjadi seorang guru, yaitu guru penjas.
Kini, pemuda asal Welahan, Jepara itu tercatat sebagai mahasiswa aktif di Universitas Negeri Semarang  (Unnes) jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) semester VI. Menurutnya mengejar prestasi sebagai seorang atlet adalah suatu impian dia sejak kecil, tetapi menjadi seorang guru adalah cita-cita dia.
Alasan utama Bayu terus melanjutkan pendidikan karena dia ingin menjadi seorang guru. Selain menjadi guru, sebenernya bayu juga becita-cita menjadi seorang Polisi. Tetapi karena karena terkendala masalah internal, jadinya dia mengurungkann niat tersebut.
“Guru adalah cita-cita saya setelah polisi. Saya merasa bahwa sepak takraw itu sangat penting di dalam kehidupan saya, tetapi menjadi seorang guru penjas merupakan cita-cita saya dan saya ingin mewujudkan hal tersebut. saya merasa di luar saya sosok guru penjas dipandang gampang dan sebelah mata oleh masyarakat. Jadi saya akan menunjukan apabila hal tersebut tidak benar. Itu salah satu alasan saya mengapa saya ingin menjadi guru penjas.” Ujar pemuda pecinta traveling itu.
Belum lama ini Bayu berhenti sementara dari dunia sepak takraw kaarena dia ingin fakus untuk mengerjakan skripsi, PPL dan KKN karena dia sudah menginjak semester atas. Kini dia ingin fokus dan sesegera mungkin untuk cepat lulus dari studi S1 nya.
Bayu sendiri mulai menyukai sepak takraw sudah sejak keci, yaitu pada usia 12 tahun atau ketika mengnijak kelas VI sekolah dasar. Awalnya suatu ketika dia diajak oleh bapaknya untuk melihat pertandingan sepak takraw di daerahnya. Dan setelah menonton pertandingan tersebut Bayu mulai tertarik untuk mencoba bermain olahraga sepak takraw.
“Dulu awalnya saya menyukai sepak takraw Karena saya sering menonton pertandinganya, dan karena di daerah saya olahraga yang dominan adalah sepak takraw, jadinya saya termotivasi untuk melakukan olahraga tersebut sampai sekarang” Tambah pemuda 22 tahun tersebut.
Bayu memulai karier sebagai attet sepak takraw pada usia 12 tahun. Tepatnya saat menginjak kelas VI SD. Pada saat itu Bayu sudah terlihat bakatnya sejak kecil, dan setelah masuk ke sekolah menegah pertama (SMP), dia masuk ke salah satu klub sepak takraw di dekat tempat tinggalnya yang bernama Satria Jepara.
Kejuaraan yang pertama diikuti oleh Bayu adalah pekan olahraga daerah (POPDA) Kecamatan. Pada saat itu di usia 12 tahun, Bayu di rekrut oleh tim dari Kota Semarang untuk mengikuti event tersebut. karena pada saat itu Kota Semrang belum mempunyai seorang atlet yang benar-benar bisa diandalkan, jadi mereka mengamping atlet dari luar Kota Semarang. Pada saat ini Kota Semarang menjadi juara pertama.
Di usianya yang masih cukup muda, bayu sudah sering mengikuti berbagai kejuaraan sepak takraw, baik di level junior, maupun di level senior. Mulai dari pekan olahraga daerah (POPDA), pekan olahraga wilayah (POWIL), kejuaraan daerah (Kejurda), Kejuaraan Naiosnal (Kejurnas) dan masih banyak  lagi.
Selain menjadi atlet mewakili daerahnya, Bayu juga tercatat sering mewakili Unnes untuk mengikuti kejuaran-kejuaran sepak takraw antar mahasiswa. Seperti contonya liga mahasiswa (LIMA) yang di selenggarakan di Kota Surabaya pada tahun 2018 dan mendapat juara ke-3.
Prestasi yang terus ditorehkanya tersebut tak lepas dari sosok orang tua yang selalu ada di belakang dia untuk selalu mendoakan dan mendukung Bayu untuk menjadi atlet professional. Walaupun terlahir bukan dari keluarga atlet, tapi Bayu dan kakaknya Wahyu selalu mendapat dukungan penuh untuk menjadi seorang atlet. Dukungan itu khusunya datang dari asahnya karena beliau menyukai olahraga.
Tetapi sekarang Bayu sudah jarang mengikuti event atau kejuaran sepak takraw karena dia ingin fokus menyelesaikan studinya. Tetapi walupun demikian dia tetap berlatih di sela-sela waktunya karena walaupun menjadi seorang guru adalah cita-citanya, tetapi sepak takraw adalah bagian dari hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar