Bayu, Atlet Sepak
Takraw Asal Kota Ukir
JEPARA-
Bayu Adipriawan atau biasa dipanggil Bayu merupakan pemuda kelahiran Jepara, 25
Mei 1997. Bayu lahir dari 2 bersaudara kembar. Yang satu kakaknya bernama Wahyu
Adipriawan. Sedangkan kedua orangtuanya bernama
Bapak Bambang Sutriyono, dan Ibu Elly Wati. Bayu merupakan atlet sepak
takraw andalan kota kelahiranya, Jepara, Jawa Tengah.
Di
usianya yang menginjak 22 tahun, bayu tengah membangun masa depanya.
Berprestasi sebagai atlet sepak takraw mewakili daerahnya, Bayu tetap berfikir
terus melanjutkan pendidikanya hingga strata tertinggi demi mewujudkan cita-citanya
untuk menjadi seorang guru, yaitu guru penjas.
Kini,
pemuda asal Welahan, Jepara itu tercatat sebagai mahasiswa aktif di Universitas
Negeri Semarang (Unnes) jurusan
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) semester VI. Menurutnya
mengejar prestasi sebagai seorang atlet adalah suatu impian dia sejak kecil, tetapi
menjadi seorang guru adalah cita-cita dia.
Alasan
utama Bayu terus melanjutkan pendidikan karena dia ingin menjadi seorang guru.
Selain menjadi guru, sebenernya bayu juga becita-cita menjadi seorang Polisi.
Tetapi karena karena terkendala masalah internal, jadinya dia mengurungkann
niat tersebut.
“Guru
adalah cita-cita saya setelah polisi. Saya merasa bahwa sepak takraw itu sangat
penting di dalam kehidupan saya, tetapi menjadi seorang guru penjas merupakan
cita-cita saya dan saya ingin mewujudkan hal tersebut. saya merasa di luar saya
sosok guru penjas dipandang gampang dan sebelah mata oleh masyarakat. Jadi saya
akan menunjukan apabila hal tersebut tidak benar. Itu salah satu alasan saya
mengapa saya ingin menjadi guru penjas.” Ujar pemuda pecinta traveling itu.
Belum
lama ini Bayu berhenti sementara dari dunia sepak takraw kaarena dia ingin
fakus untuk mengerjakan skripsi, PPL dan KKN karena dia sudah menginjak
semester atas. Kini dia ingin fokus dan sesegera mungkin untuk cepat lulus dari
studi S1 nya.
Bayu
sendiri mulai menyukai sepak takraw sudah sejak keci, yaitu pada usia 12 tahun
atau ketika mengnijak kelas VI sekolah dasar. Awalnya suatu ketika dia diajak
oleh bapaknya untuk melihat pertandingan sepak takraw di daerahnya. Dan setelah
menonton pertandingan tersebut Bayu mulai tertarik untuk mencoba bermain
olahraga sepak takraw.
“Dulu
awalnya saya menyukai sepak takraw Karena saya sering menonton pertandinganya,
dan karena di daerah saya olahraga yang dominan adalah sepak takraw, jadinya
saya termotivasi untuk melakukan olahraga tersebut sampai sekarang” Tambah
pemuda 22 tahun tersebut.
Bayu
memulai karier sebagai attet sepak takraw pada usia 12 tahun. Tepatnya saat
menginjak kelas VI SD. Pada saat itu Bayu sudah terlihat bakatnya sejak kecil,
dan setelah masuk ke sekolah menegah pertama (SMP), dia masuk ke salah satu
klub sepak takraw di dekat tempat tinggalnya yang bernama Satria Jepara.
Kejuaraan
yang pertama diikuti oleh Bayu adalah pekan olahraga daerah (POPDA) Kecamatan.
Pada saat itu di usia 12 tahun, Bayu di rekrut oleh tim dari Kota Semarang
untuk mengikuti event tersebut. karena pada saat itu Kota Semrang belum
mempunyai seorang atlet yang benar-benar bisa diandalkan, jadi mereka
mengamping atlet dari luar Kota Semarang. Pada saat ini Kota Semarang menjadi
juara pertama.
Di
usianya yang masih cukup muda, bayu sudah sering mengikuti berbagai kejuaraan
sepak takraw, baik di level junior, maupun di level senior. Mulai dari pekan
olahraga daerah (POPDA), pekan olahraga wilayah (POWIL), kejuaraan daerah
(Kejurda), Kejuaraan Naiosnal (Kejurnas) dan masih banyak lagi.
Selain
menjadi atlet mewakili daerahnya, Bayu juga tercatat sering mewakili Unnes
untuk mengikuti kejuaran-kejuaran sepak takraw antar mahasiswa. Seperti
contonya liga mahasiswa (LIMA) yang di selenggarakan di Kota Surabaya pada
tahun 2018 dan mendapat juara ke-3.
Prestasi
yang terus ditorehkanya tersebut tak lepas dari sosok orang tua yang selalu ada
di belakang dia untuk selalu mendoakan dan mendukung Bayu untuk menjadi atlet
professional. Walaupun terlahir bukan dari keluarga atlet, tapi Bayu dan
kakaknya Wahyu selalu mendapat dukungan penuh untuk menjadi seorang atlet.
Dukungan itu khusunya datang dari asahnya karena beliau menyukai olahraga.
Tetapi
sekarang Bayu sudah jarang mengikuti event atau kejuaran sepak takraw karena
dia ingin fokus menyelesaikan studinya. Tetapi walupun demikian dia tetap
berlatih di sela-sela waktunya karena walaupun menjadi seorang guru adalah
cita-citanya, tetapi sepak takraw adalah bagian dari hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar